TIMES MALUKU, JAKARTA – Sebanyak 20 negara Arab dan Islam, termasuk Indonesia, pada hari Senin menandatangani petisi yang menyerukan Timur Tengah bebas nuklir dan kawasan yang bebas dari senjata pemusnah massal.
Seruan bersama itu muncul atas inisiatif Mesir setelah mengadakan konsultasi ekstensif yang digelar oleh Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel Ati bersama mitranya dari negara-negara penanda tangan.
Ke 20 negara Arab dan Muslim itu adalah Qatar, Yordania, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrein, Brunei, Turki, Chad, Aljazair, Komoro, Jibuti, Sudan, Indonesia, Irak, Kesultanan Oman, Kuwait, Libya, dan Mauritania.
Pernyataan bersama itu dibuat setelah melihat eskalasi antara Israel dan Iran saat ini telah "mengancam konsekuensi serius bagi keamanan dan stabilitas kawasan".
Dalam pernyataan itu, seperti dilansir Al Jazeera, menekankan perlunya menghormati kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara, dan menolak segala bentuk pelanggaran hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Mereka mencatat bahwa serangan Israel terhadap Iran sejak fajar pada tanggal 13 Juni merupakan eskalasi yang berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Pernyataan bersama Arab-Islam juga menekankan perlunya untuk tidak menargetkan fasilitas nuklir yang tunduk pada perlindungan Badan Tenaga Atom Internasional , dengan peringatan bahwa hal ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan humaniter sesuai dengan Konvensi Jenewa 1949 .
Para penandatangan menyerukan agar negosiasi segera dilanjutkan sebagai satu-satunya cara untuk mencapai kesepakatan berkelanjutan mengenai program nuklir Iran.
Mereka juga menekankan perlunya semua negara di kawasan itu untuk mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir.
Pernyataan itu memperingatkan terhadap upaya melemahkan keamanan navigasi internasional, menekankan pentingnya menghormati kebebasan navigasi di perairan internasional di tengah meningkatnya ketegangan di Teluk dan Selat Hormuz.
Mereka juga mengimbau negara-negara untuk mengadopsi dialog dan diplomasi sebagai sarana menyelesaikan krisis, menekankan bahwa solusi militer tidak bisa mengakhiri krisis saat ini.
Dalam hal yang sama, menteri luar negeri Prancis, Jerman, dan Inggris juga mendesak Teheran untuk kembali "secepat mungkin dan tanpa prasyarat" ke meja perundingan mengenai program nuklirnya, dan memperingatkan terhadap segala bentuk "pelarian ke depan" atau eskalasi yang akan bertentangan dengan keamanan dan stabilitas regional dan internasional.
Sumber diplomatik Prancis mengatakan bahwa ketiga menteri sekutu Israel tersebut memberi tahu Israel tentang perlunya "tidak menargetkan warga sipil atau infrastruktur vital" dengan serangan udaranya.
Putaran negosiasi tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat dijadwalkan berlangsung di Amman minggu lalu, tetapi dibatalkan karena Israel dengan tanpa alasan menyerang Iran. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi menganggap agresi Israel itu sebagai pukulan bagi diplomasi.
Dalih militer Israel pembunuhan sembilan ilmuwan dan pakar terkemuka dalam program nuklir Iran, serangan itu "secara serius untuk merusak kemampuan Iran untuk memiliki senjata pemusnah massal".
Kementerian Kesehatan Iran, serangan Israel hingga kini telah menewaskan sedikitnya 224 orang warga Iran dan melukai lebih dari 1.000 lainnya. Sementara serangan rudal Iran terhadap Israel menewaskan 24 orang, menurut Kantor Perdana Menteri Israel.
Terbaru, 20 negara Arab dan Islam termasuk Indonesia pada hari Senin akhirnya menandatangani petisi yang menyerukan Timur Tengah bebas nuklir dan kawasan yang bebas dari senjata pemusnah massal. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Termasuk Indonesia, 20 Negara Arab dan Muslim Serukan Timur Tengah Bebas Senjata Nuklir
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |